Pentingnya Mempelajari
Sejarah
Setiap
manusia di muka bumi ini tak lepas dari sejarah, pengertian sejarah pun secara
general ialah peristiwa yang terjadi kepada manusia dalam dimensi waktu, baik
satu abad, satu tahun, satu bulan maupun sau jam yang lalu, bahkan satu detik
yang lalu. Sejarah tentunya peristiwa masa lalu yang telah terjadi khususnya
memiliki makna dan merupakan momen yang tidak akan pernah terlupakan, mempunyai
hikmah dan sangat besar bagi kehidupan yang akan datang.
Salah
satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya belajar
sejarah ditulis oleh filsuf Spanyol, George Santayana, “mereka yang tidak
mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya. Ungkapan tersebut
menyiratkan betapa berharganya sejarah dan pentingnya untuk mempelajari dan
mengingatnya. [1]
Objek Kajian Sejarah
Secara
garis besar objek kajian sejarah meliputi segala aspek dan bentuk kegiatan yang
ditinggalkan manusia di masa lampau, secara individua maupun sosial komunal,
berbentuk fisik maupun non fisik. Dalam konteks lain objek kajian sejarah
adalah kebudayaan/peradaban manusia itu sendiri dalam segala aspek dan
bentuknya dalam waktu (masa) dan ruang tertentu di masa lampau.[2]
Metode Penelitian
Sejarah
Kita
tahu bahwa sejarah sangatah penting bagi kehidupan sebagai pelajaran masa lalu
untuk masa mendatang. Berikut langkah-langkah penelitian sejarah beserta
penjelasannya:
HEURISTIK
·
Heuristik ialah kemampuan menemukan dan
menghimpun sumber-sumber yang diperlukan dalam penulisan sejarah. heuristik
berasal dari bahasa Yunani heureskein,
yang berarti menemukan. [3]
·
Heuristik yaitu mengumpulkan atau
menemukan sumber. Yang dimaksud dengan sumber atau sumber sejarah adalah
sejumlah materi sejarah yang tersebar dan teridentifikasi.[4]
·
Sumber sejarah yang dikumpulkan itu
berupa “saksi-mata” yang mengetahui kejadian tentang suatu periode.[5]
KRITIK SUMBER
·
Ada yang mencoba menyatukan “tahap
analisis” dan “tahap sintetis” dalam penelitian sejarah karena kaitan keduanya
tampak sangat erat sekali. Dalam tahap analisis ini sebenarnya dikenakan dua
macam kritik, yaitu kritik intern dan ekstern karena setiap sumber selalu
memiliki segi ekstern dan intern. Kedua tahap kritik ini dapat dikatakan
sebagai teknikpenyelesaian data dengan observasi yang tidak langsung.[6]
·
Kritik sumber sejarah adalah upaya untuk
mendapatkan otentisitas dan kredebilitas sumber. Adapaun caranya yaitu dengan
melakukan kritik. Yang dimaksud dengan kritik adalah kerja intelektual dan
rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektivitas suatu
kejadian.[7]
·
Kritik merupakan produk proses ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan da agar terhindar dari fantasi, manipulasi
atau fabrikasi. Sumber-sumber pertama harus dikritik. Sumber harus diverifikasi
atau diuji kebenarannya dan diuji akurasinya atau ketepatannya. Dalam
penggunaan sumber, sejarawan harus mempertanggungjawabkan: otentisitas,
kredibilitas, integritas.[8]
INTERPRETASI
·
Sumber-sumber yang telah lolos dari
kritik ekstern maupun intern, kemudian dilakukan suatu penafsiran-penafsiran
atau “tahap sintesis”. Dalam tahap ini
telah dapat ditetapkan dari fakta-fakta yang teruji, fakta-fakta yang
lebih bermakna karena saling berhubungan atau saling menunjang.[9]
·
Interpretasi sangat erat kaitannya
dengan “kritik internal” yang tujuannya untuk mengungkap isi kandungan sumber.[10]
·
Interpretasi atau tafsir sebenarnya
sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan. Meski datanya sama
tetapi interpretasinya berbeda. Mengapa terjadi
perbedaan interpretasi karena perbedaaan latar belakang, pengaruh,
motivasi, pola pikir dll. Interpretasi sangat subjektif, tergantung siapa yang
melakukannya. Kedudukan interpretasi ada diantara verifikasi dan eksposisi.
Subjektivitas adalah hak sejarawan. Sejarawan tetap berada di bawah bimbingan
metodologi sejarah, sehingga subjrktifitas dapat dieliminasi. Metodologi
mengharuskan sejarawan mencantumkan sumber datanya.[11]
·
Interpretasi dapat dilakukan dengan
analesis dan sintesis. Analesis adalah salah satu model membuat interpretasi.
Menganalesis sama dengan menguraikan. Dari data yang bervariasi dapat
dianalesis setelah ditarik secara induktif sehingga dapat disimpulkan. Sintesis
yaitu melakukan penyatuan. Data-data yang dikelompokkan menjadi satu kemudian
disimpulka. Dalam menganalesis diperlukan konsep yang sebenarnya diperoleh
secara individual, yaitu dari pembacaaan.[12]
HISTORIOGRAFI
·
Dalam buku historiografi Indonesia Sejak
Masa Awal Sampai Masa Kontemporer, secara semantik historiografi merupakan
gabungan dari dua kata yaitu “History” atau “Historio” yang berarti sejarah,
dan “Grafi” yang berarti deskripsi atau penulisan.[13]
·
Sementara historiografi menurut Dudung
Abdurrahman ialah cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian
sejarah yang telah dilakukan.[14]
[1] Sulasman,
Metodologi Penelitian Sejarah (Teori, Metode, Contoh Aplikasi), Bandung: Pustaka Setia, 2014,
hlm.21
[2] Bashri, Metodologi
Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik), Jakarta: Restu
Agung, 2006, hlm. 9
[3] Rochmat
Saefur, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial, Graha Ilmu: Yogyakarta, cet.
Pertama, hlm.147
[4] W.
Pranoto Suhartono, Teori Dan Metodologi Sejarah, Graha Ilmu: Yogyakarta, cet.
Pertama 2010, hlm.29
[5] W.
Pranoto Suhartono.Ibid,hlm.31
[6] Rochmat
Saefur.Ibid,hlm. 148
[7] W.
Pranoto Suhartono, Teori Dan Metodologi Sejarah, Graha Ilmu: Yogyakarta, cet.
Pertama 2010, hlm.35
[8] W.
Pranoto Suhartono.Ibid,hlm.36
[9] Rochmat
Saefur, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial, Graha Ilmu: Yogyakarta, cet.
Pertama, hlm. 150
[10] Basri, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan,
Teori dan Praktik), Restu Sgung Jakarta: Jakarta, 2006, hlm.76
[11] W.
Pranoto Suhartono, Teori Dan Metodologi Sejarah, Graha Ilmu: Yogyakarta, cet.
Pertama, hlm.55
[12]
Ibid,hlm. 56
[13] Emalia
Imas, Historiografi Indonesia Sejak Masa
Awal Sampai Masa Kontemporer, UIN Jakarta Press, hlm.6
[14]
Abdurrahman Dudung, Metode Penelitian
Sejarah,
Komentar
Posting Komentar